Rabu, 06 Maret 2013

Etnis Tionghoa “Masih Ada

Judul : Etnis Tionghoa “Masih Ada”
Oleh : irwansyah Maulana


Jika kita melintas ke arah Stasiun Kota, Jakarta Utara, nampak mobilisasi manusia bermata sipit dengan sisa-sisa bangunan yang terbakar akibat tragedi berdarah (reformasi) beberapa waktu silam. Saat itu dalam sesaat, mereka yang mengatasnamakan orang pribumi (WNI) membakar rumah, menjarah, menculik bahkan tak segan memperkosa orang-orang suku bangsa Tionghoa (kini Cina) yang berkumpul disana untuk kegiatan perniagaan. Tragedi itu membawakan kisah runtuhnya rezim “Orde Baru” yang otoriter.

Seperti kita ketahui sejak ribuan tahun, leluhur orang Tionghoa dengan berbekal baju dan celana pendek khasnya secara bergelombang berimigrasi melalui kegiatan perniagaan di Indonesia. Peran mereka mengadakan bisnis dengan masyarakat setempat sudah ada sebelum bahkan sesudah Republik Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan. Catatan sejarah menyebutkan bahwa kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara berhubungan erat dengan dinasti-dinasti yang berkuasa di Cina. Faktor inilah kemudian menyuburkan lalu lintas perdagangan barang maupun jasa dari Cina ke Nusantara atau sebaliknya. Inilah rangkaian peristiwa yang tetap membekas diingatan kita.

Bergulirnya waktu, setelah negara Indonesia merdeka, orang Tionghoa yang berkewarganegaraan Indonesia digolongkan sebagai salah satu suku dalam lingkup nasional Indonesia, sesuai Pasal 2 UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Namun ada bagian kelam yang dicoba untuk diendapkan lantas dihapus dari ingatan, yaitu sebuah kata Diskriminasi. Nyatanya diskriminasi masih kerap terjadi pada etnis Tionghoa. Buktinya untuk pendidikan banyak sekolah-sekolah bahkan sejumlah perguruan tinggi menempatkan orang-orang Tionghoa, menjadi siswa atau mahasiswa yang tidak diprioritaskan. Maka jangan heran rata-rata mereka lebih menempatkan anak-anaknya bersekolah dilingkungannya bahkan tak segan mengeluarkan kocek lebih hanya untuk belajar ke luar ngeri. Padahal dari zaman Penjajahan, Sukarno, Suharto sampai sekarang Etnis Tionghoa dianggap sebagai orang yang kaya raya. Bukan itu asset untuk sebuah lembaga atau perusahaan?.

1 Oktober hari lalu, kita memperingati hari Kesaktian Pancasila. Ini tonggak keberhasilan melumpuhkan gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI) lewat Gerakan 30 September (G 30 S PKI) yang notabencenya ditunggangi oleh kelompok komunis Cina. Dengan adanya keputusan Presiden nomor 6 tahun 2000, membuka jalan dan memberikan kebebasan berupa hak dan kewajiban sipil yang sama bagi kelompok Tionghoa. Keputusan ini adalah berkat kesaktian identitas bangsa Indonesia Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Inilah kepribadian Indonesia sesungguhnya.

Tekad Bersama

Saat ini kita dikhawatirkan bangkitnya, ekonomi Tionghoa. Dari berbagai sumber menyebutkan keberhasilan Etnis Tionghoa tak lain dari  berhasil mengarungi hidup dengan bekerja keras, maka sampai kini keberadaan mereka populasinya secara signifikan sangat meningkat bahkan telah menguasai 80 persen perekonomian Indonesia. Jika ini dibiarkan negeri ini akan terus digerus perlahan. Ini masalah serius dan segera dicarikan solusi terbaik. Jika tidak, dikhawatirkan akan menimbulkan persoalan serius di waktu mendatang. Bangsa ini sudah banyak orang pintar, sudah sepatutnya memahami hal ini. Saat ini tidak boleh ada kata yang “harus dikalahkan”. Kiranya kehadiran etnis Tionghoa di Indonesia terus-menerus memberi warna bagi kebhinneka-tunggal-ikaan di masa kini dan di masa yang akan datang. Kita sadar kemerdekaan Indonesia tak bisa dilepaskan dari peran warga etnis Tionghoa. Mereka sejak dulu telah memberikan dukungan tenaga, logistik bahkan senjata. Sebagai balas budi, dan mencorehkan sejarah kelam itu, keberagam; multi etnik, muti agama, suku dan budaya, sebagai sekat yang tak pernah terpisahkan, inilah simpul-simpul yang bisa saling menguatkan. Tinggal pemerintah mengatur  sedemikian rupa agar etnis Tionghoa mampu menempatkan posisi dan porsinya.

CITA CINTA AKU DAN ANAK-ANAK ASUH

"

Demi cintaku pada surga.

Ku titipkan sejuta asa dan kerinduan pada keluguanku.

Merah darah ini telah terbuang percuma bahkan tak terlihat.

Aku bukan pelajur waktu

juga bukan segenggam emas yang separuh aku dan harapan.

Tolong doakan agar aku bisa terbang dan menggapai matahari

Terjamah oleh se titik cinta pada sebuah asa

Yang pada akhirnya terkapar di makan usia "


SALAM PONDOK DONGENG ABU MIFTAH


----------@@@@-------------


MENDONGENG JANGAN "MALAS"

Mendongeng bukan sekadar bergaya tapi dibutuhkan kreativitas yang tinggi.wajar saja jika saya mendongeng selalu bercucuran air keringat.

Kreativitas yang tinggi berguna agar pendongeng ketika menyampaikan materi (bercerita). Anak-anak tidak berlarian bahkan tidak ngomong sendiri-sendiri. Jika terjadi dapat dikatakan pendongeng tersebut telah gagal total (GaTot).

Saat ini kejadian tersebut membuat guru-guru banyak yang tidak tertarik dengan mendongeng bahkan guru-guru di TK pun jarang sekali yang mau mendongeng. Selain takut GaTot alasan lainnya bermacam-macam. Dari kekurangan bahan cerita, tidak bisa berakting, kurang Pede, tidak mau menggerakan tubuh dan masih banyak lagi. ironisnya, ada juga yang beralasan ’malas’.

Kemalasan tersebut bisa jadi karena stamina tidak mendukung (Malas bergerak).Makanya kita harus banyak berlatih. Supaya kerja otak,fisik jadi prima dan kita tidak malas.

Mari kembali mendongeng. Teori sudah diluar kepala,tinggal kita harus banyak berlatih , seperti pernafasan, vokal, dan intonasi agar mendongengnya menarik dengan berbagai variasi suara-suara dan lagu-lagu.

Ingat.!!! Jika banyak berlatih pastinya segudang kelebihan dan kelemahan yang kita dapat.


*******@@@@*****



Mutiara Hati


ANAK, AMANAH ATAU UJIAN ?



SEBUAH kenyataan yang sering kali kita jumpai ialah tidaklah dua orang yang pernah mengenal berjumpa melainkan mereka akan bertanya berapa jumlah anak mereka sekarang.


Jarang sekali kita dapati mereka mengawali pembicaraan dari tema berapa banyak kekayaan mereka, berapa pula istrinya, atau yang lainnya. Ini mengisyaratkan bahwa anak di mata para orang tua adalah ibarat satu-satunya barang yang paling berharga yang ia miliki.


Ada hal yang penting sekali untuk diketahui dan sangat perlu direnungkan oleh para orangtua, bahwa lahirnya seorang anak bukan semata-mata guna menambah jumlah anggota keluarga, juga bukan semata-mata guna menambah kebahagiaan bapak dan ibu serta membahagiakan mereka.


Juga bukan sekedar memberikan harapan buat orangtua bahwa di hari esok apabila anak telah dewasa dapat membantu orangtua untuk mencari nafkah.


Akan tetapi, hadirnya seorang anak merupakan cambuk bagi orangtua khususnya, untuk berlomba-lomba berbuat yang paling baik bagi diri sendiri dan anaknya. Tentunya "baik" di sini adalah dalam penilaian Dzat Yang menciptakan dan menghadirkan buah hati tersebut di tengah-tengah keluarga.


Dengan demikian, anak tidak semata-mata kenikmatan rezeki dari Alloh untuk dinikmati, namun ia merupakan amanah dan tanggung jawab bagi orangtuanya. Bagaimana bisa begitu?


Tidak ada yang aneh dan samar dalam masalah ini bila kita kembali mentadabburi merenungi dan memahami firman Allah:


Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. (QS at-Taghabun: 15)


Bahkan dalam ayat tersebut Allah tidak sekedar membahasakan anak sebuah amanah, namun sebagai sebuah ujian. Yaitu, ujian apakah para orangtua berbuat baik pada anak tersebut, ataukah tidak. Hal ini mungkin perlu perenungan sejenak.


Sudahkah kita sebagai orangtua menyadarinya? Ini adalah pertanyaan pertama, sebelum kita bertanya apakah ia mendidik anak-anak dengan baik atau bahkan tidak memperhatikan mereka.


#SatuHatiCintaAlquran


----------@@@@@@---------


7 RAHASIA MENDIDIK ANAK

Oleh : Ustd.Farid Ahmad


1. Jika melihat anakmu menangis, jangan buang waktu untuk mendiamkannya. Coba tunjuk burung atau awan di atas langit agar ia melihatnya, ia akan terdiam. Karena psikologis manusia saat menangis, adalah menunduk.


2. Jika ingin anak-anakmu berhenti bermain, jangan berkata: “Ayo, sudah mainnya, stop sekarang!”. Tapi katakan kepada mereka: “Mainnya 5 menit lagi yaaa”. Kemudian ingatkan kembali: “Dua menit lagi yaaa”. Kemudian barulah katakan: “Ayo, waktu main sudah habis”. Mereka akan berhenti bermain.


3. Jika engkau berada di hadapan sekumpulan anak-anak dalam sebuah tempat, yang mereka berisik dan gaduh, dan engkau ingin memperingatkan mereka, maka katakanlah: “Ayoo.. Siapa yang mau mendengar cerita saya, angkat tangannya..”. Salah seorang akan mengangkat tangan, kemudian disusul dengan anak-anak yang lain, dan semuanya akan diam.


4. Katakan kepada anak-anak menjelang tidur: “Ayo tidur sayang.. besok pagi kan kita sholat subuh”, maka perhatian mereka akan selalu ke akhirat. Jangan berkata: “Ayo tidur, besok kan sekolah”, akhirnya mereka tidak sholat subuh karena perhatiannya adalah dunia.


5. Nikmati masa kecil anak-anakmu, karena waktu akan berlalu sangat cepat. Kepolosan dan kekanak-kanakan mereka tidak akan lama, ia akan menjadi kenangan. Bermainlah bersama mereka, tertawalah bersama mereka, becandalah bersama mereka. Jadilah anak kecil saat bersama mereka, ajarkan mereka dengan cara yang menyenangkan sambil bermain.


6. Tinggalkan HP sesaat kalau bisa, dan matikan juga TV. Jika ada teman yang menelpon, katakan: “Maaf saaay, saat ini aku sedang sibuk mendampingi anak-anak”. Semua ini tidak menyebabkan jatuhnya wibawamu, atau hilangnya kepribadianmu. Orang yang bijaksana tahu bagaimana cara menyeimbangkan segala sesuatu dan menguasai pendidikan anak.


7. Selain itu, jangan lupa berdoa dan bermohon kepada Allah, agar anak-anak kita menjadi perhiasan yang menyenangkan, baik di dunia maupun di akhirat.



promo

Ka Abu Miftah bukan saja mengajarkan mendongeng, melatih anak berteater tapi juga mengajarkan anak berprestasi dalam menggambar. Kini Ka Abu dapat hadir di sekolah teman-teman. Berminat hub. 08177 25 321 atau sms 0812 13 79 1326