Rabu, 03 Februari 2016
Kebakaran Mangga Dua
Anak-anak pun turut menjadi korban, baik fisik maupun mental. Jika tidak ditangani dg serius maka dampaknya dapat mempengaruhi masa depan mereka.
Alhamdulillah Selasa, 2 Februari 2016 pukul 15.30 WIB, 10 Pendongeng dari GePPuK (Gerakan Para Pendongeng untuk Kemanusiaan) telah turun aksi di lokasi Kebakaran Kp. Dao, belakang ITC Mangga Dua, Jakarta Utara, untuk menghibur anak-anak korban kebakaran melalui kegiatan bermain dan bercerita.
Selain itu Geppuk juga memberikan dalam bentuk Paket Snack untuk 300 anak,Nasi bungkus, baju baru anak.
Terima Kasih yg sudah berdonasi
semoga menjadi amal ibadah..Aamiin.
Gadget mempengaruuhi otak anak
Gerakan 1821 adalah imbauan kepada para orangtua untuk melakukan puasa handphone, BlackBerry, Tab, dan laptop hanya tiga jam,yaitu mulai pukul 18.00-21.00 WIB. Simpan dulu semua gadget, dan temani anak-anak untuk melakukan 3B, yakni bermain, belajar,
dan bicara (ngobrol).
“Orangtua kini harus waspada karena sekarang zamannya sudah gadget. Pengaruhnya cukup kuat karena dapat melemahkan otak, bahkan mudah rusak jika dibiarkan dalam waktu
panjang,” kata Abu Miftah, trainer guru,
parenting, dan motivasi remaja, kepada Depok News, Senin (1/2/2016).
Tanggung jawab orangtua untuk mendidik anak sudah ada dalam Al Qur’an. Kak Abu, begitu dia akrab disapa, mengutip Surat An Nisa ayat 9,
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka….”.
Dia menyoroti maraknya kasus kekerasan pada anak akhir-akhir ini disebabkan menurunnya rasa sosial anak. Mereka cuek dan enggan bersosialisasi. Karena rasa antisosial itulah, anak sering melakukan kekerasan pada teman- temannya, bahkan melecehkan. Menurutnya,
hal tersebut sering terjadi karena pengaruh games atau televisi, juga memelototi “gambar
syur”.
“Adanya gerakan 1821 ini adalah imbauan agar anak dikembalikan kepada orangtuanya untuk
memberikan satu hati kasih sayang. Dan, orangtua tidak lagi identik dengan
individualisme, padahal anak selalu meniru perilaku orangtuanya,” jelas pengasuh Sanggar Pondok Dongeng Abu Miftah di Parung, Bogor, ini.
Gerakan 1821, tambah dia, menganjurkan orangtua untuk berkomunikasi dengan anak
selama tiga jam. Bermain apa saja, boleh mainan tradisional, bermain petak umpet, tebak-tebakan, dan sebagainya. Bisa juga menemani mereka belajar. Belajar agama dan
apa saja yang positif. Bisa mengerjakan PR, belajar ilmu baru, berbagi pengalaman pengetahuan, dan lainnya. Juga bisa diisi dengan banyak ngobrol dengan topik apa saja.
Lebih utama bicara tentang mereka,
pengalaman mereka, dan keinginan mereka. Pasalnya, jika anak setiap hari disibukkan dengan televisi, tambah Kak Abu, terlebih gadget atau handphone, maka menurut ilmu kejiwaan otaknya akan selalu fokus pada satu titik.
“Kenapa sekarang anak jarang fokus? Itu disebabkan otaknya selalu mencari yang bergerak. Jika anak sudah maniak dengan gadget atau televisi, bukan anaknya yang salah tapi ketidakpedulian orangtua terhadap anak,”lugasnya.
Kak Abu menjelaskan bahwa gerakan 1821 sebenarnya mirip dengan gerakan yang dia gulirkan tiga tahun lalu, yakni “One Day No TV”. Selama satu hari orangtua harus berkomunikasi dengan anak, tidak ada televisi apalagi gadget. Dia mengakui gerakan ini sudah
dilakukan di banyak tempat.
“Gerakan ini butuh kesabaran, tapi salah satunya bisa mengurangi abainya kepedulian ornagtua pada anak,” tutupnya. (fyu)
Kak Abu : Ayah Bunda jauhkan gadget, ayo ikuti gerakan 1821! I8- http://www.depoknews.id/ayah-bunda-jauhkan-gadget-ayo-ikuti-gerakan-1821/
CITA CINTA AKU DAN ANAK-ANAK ASUH
"Demi cintaku pada surga.
Ku titipkan sejuta asa dan kerinduan pada keluguanku.
Merah darah ini telah terbuang percuma bahkan tak terlihat.
Aku bukan pelajur waktu
juga bukan segenggam emas yang separuh aku dan harapan.
Tolong doakan agar aku bisa terbang dan menggapai matahari
Terjamah oleh se titik cinta pada sebuah asa
Yang pada akhirnya terkapar di makan usia "
SALAM PONDOK DONGENG ABU MIFTAH
----------@@@@-------------
MENDONGENG JANGAN "MALAS"
Mendongeng bukan sekadar bergaya tapi dibutuhkan kreativitas yang tinggi.wajar saja jika saya mendongeng selalu bercucuran air keringat.
Kreativitas yang tinggi berguna agar pendongeng ketika menyampaikan materi (bercerita). Anak-anak tidak berlarian bahkan tidak ngomong sendiri-sendiri. Jika terjadi dapat dikatakan pendongeng tersebut telah gagal total (GaTot).
Saat ini kejadian tersebut membuat guru-guru banyak yang tidak tertarik dengan mendongeng bahkan guru-guru di TK pun jarang sekali yang mau mendongeng. Selain takut GaTot alasan lainnya bermacam-macam. Dari kekurangan bahan cerita, tidak bisa berakting, kurang Pede, tidak mau menggerakan tubuh dan masih banyak lagi. ironisnya, ada juga yang beralasan ’malas’.
Kemalasan tersebut bisa jadi karena stamina tidak mendukung (Malas bergerak).Makanya kita harus banyak berlatih. Supaya kerja otak,fisik jadi prima dan kita tidak malas.
Mari kembali mendongeng. Teori sudah diluar kepala,tinggal kita harus banyak berlatih , seperti pernafasan, vokal, dan intonasi agar mendongengnya menarik dengan berbagai variasi suara-suara dan lagu-lagu.
Ingat.!!! Jika banyak berlatih pastinya segudang kelebihan dan kelemahan yang kita dapat.
*******@@@@*****
Mutiara Hati
ANAK, AMANAH ATAU UJIAN ?
SEBUAH kenyataan yang sering kali kita jumpai ialah tidaklah dua orang yang pernah mengenal berjumpa melainkan mereka akan bertanya berapa jumlah anak mereka sekarang.
Jarang sekali kita dapati mereka mengawali pembicaraan dari tema berapa banyak kekayaan mereka, berapa pula istrinya, atau yang lainnya. Ini mengisyaratkan bahwa anak di mata para orang tua adalah ibarat satu-satunya barang yang paling berharga yang ia miliki.
Ada hal yang penting sekali untuk diketahui dan sangat perlu direnungkan oleh para orangtua, bahwa lahirnya seorang anak bukan semata-mata guna menambah jumlah anggota keluarga, juga bukan semata-mata guna menambah kebahagiaan bapak dan ibu serta membahagiakan mereka.
Juga bukan sekedar memberikan harapan buat orangtua bahwa di hari esok apabila anak telah dewasa dapat membantu orangtua untuk mencari nafkah.
Akan tetapi, hadirnya seorang anak merupakan cambuk bagi orangtua khususnya, untuk berlomba-lomba berbuat yang paling baik bagi diri sendiri dan anaknya. Tentunya "baik" di sini adalah dalam penilaian Dzat Yang menciptakan dan menghadirkan buah hati tersebut di tengah-tengah keluarga.
Dengan demikian, anak tidak semata-mata kenikmatan rezeki dari Alloh untuk dinikmati, namun ia merupakan amanah dan tanggung jawab bagi orangtuanya. Bagaimana bisa begitu?
Tidak ada yang aneh dan samar dalam masalah ini bila kita kembali mentadabburi merenungi dan memahami firman Allah:
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. (QS at-Taghabun: 15)
Bahkan dalam ayat tersebut Allah tidak sekedar membahasakan anak sebuah amanah, namun sebagai sebuah ujian. Yaitu, ujian apakah para orangtua berbuat baik pada anak tersebut, ataukah tidak. Hal ini mungkin perlu perenungan sejenak.
Sudahkah kita sebagai orangtua menyadarinya? Ini adalah pertanyaan pertama, sebelum kita bertanya apakah ia mendidik anak-anak dengan baik atau bahkan tidak memperhatikan mereka.
#SatuHatiCintaAlquran
----------@@@@@@---------
7 RAHASIA MENDIDIK ANAK
Oleh : Ustd.Farid Ahmad
1. Jika melihat anakmu menangis, jangan buang waktu untuk mendiamkannya. Coba tunjuk burung atau awan di atas langit agar ia melihatnya, ia akan terdiam. Karena psikologis manusia saat menangis, adalah menunduk.
2. Jika ingin anak-anakmu berhenti bermain, jangan berkata: “Ayo, sudah mainnya, stop sekarang!”. Tapi katakan kepada mereka: “Mainnya 5 menit lagi yaaa”. Kemudian ingatkan kembali: “Dua menit lagi yaaa”. Kemudian barulah katakan: “Ayo, waktu main sudah habis”. Mereka akan berhenti bermain.
3. Jika engkau berada di hadapan sekumpulan anak-anak dalam sebuah tempat, yang mereka berisik dan gaduh, dan engkau ingin memperingatkan mereka, maka katakanlah: “Ayoo.. Siapa yang mau mendengar cerita saya, angkat tangannya..”. Salah seorang akan mengangkat tangan, kemudian disusul dengan anak-anak yang lain, dan semuanya akan diam.
4. Katakan kepada anak-anak menjelang tidur: “Ayo tidur sayang.. besok pagi kan kita sholat subuh”, maka perhatian mereka akan selalu ke akhirat. Jangan berkata: “Ayo tidur, besok kan sekolah”, akhirnya mereka tidak sholat subuh karena perhatiannya adalah dunia.
5. Nikmati masa kecil anak-anakmu, karena waktu akan berlalu sangat cepat. Kepolosan dan kekanak-kanakan mereka tidak akan lama, ia akan menjadi kenangan. Bermainlah bersama mereka, tertawalah bersama mereka, becandalah bersama mereka. Jadilah anak kecil saat bersama mereka, ajarkan mereka dengan cara yang menyenangkan sambil bermain.
6. Tinggalkan HP sesaat kalau bisa, dan matikan juga TV. Jika ada teman yang menelpon, katakan: “Maaf saaay, saat ini aku sedang sibuk mendampingi anak-anak”. Semua ini tidak menyebabkan jatuhnya wibawamu, atau hilangnya kepribadianmu. Orang yang bijaksana tahu bagaimana cara menyeimbangkan segala sesuatu dan menguasai pendidikan anak.
7. Selain itu, jangan lupa berdoa dan bermohon kepada Allah, agar anak-anak kita menjadi perhiasan yang menyenangkan, baik di dunia maupun di akhirat.