Jumat, 22 Desember 2017
Dongeng Explorer is back 2018
Program Explorer "Satu Hati Cinta Alquran", Alhamdulillah banyak diminati.
Siang ini kembali dapat kirimam wakaf Alquran, .Kali ini dari Solusi Muslim Aqency .agen Alquran dan bunda Ind Jak . Total wakaf Alquran 105 pcs siap didistribusikan program Dongeng Explorer "Satu Hati Cinta Alquran"
KINI sudah ada daerah yg sudah mulai mendaftar , diantaranya: Cisauk (Tangerang), Pemegasari (Parung) dan sekitarnya, Bogor Kota, Jakarta Selatan, Margonda, sawangan (Depok), Pandenglang.
TERNYATA bamyak yang berharap *JANUARI HINGGA MARET 2018. JIKA ALLAH MENGIZINKAN Kak Abu SIAP...*
*AYO YANG LAIN silahkan...DAFTAR QUOTA TERBATAS*.
Program ini ..
1.edukasi ttg cinta Alquran melalui cerita islami
2 Serta BAGI-BAGI ALQURAN
*RAIH KESEMPATAN PROGRAM GRATIS INI..*setiap tahunnya.
Syarat nya :
1.Sound yg bagus
2.Berikan piagam ucapan terima kasih utk program ini (laporan Aksi)
3. Alquran hanya utk anak atau orang tua yg terketuk hatinya setiap hari membaca Alquran.
5. Jika lokasi jauh atau luar kota infak namun tdk terikat nilainya.
Hub :
08177 25 321
0812 13: 791326
#kakAbuMendongeng
#SatuHatiCintaAlquran
#KisahTauladanNabi
Abumiftah-Mendongeng.blogspot.com
SEBUAH KISAH TENTANG CINTA
Minggu, 03 Desember 2017
KU GENGGAM PALESTINAKU"
(Cerita Patriot anak penghafal alquran)
Oleh : Kak Abu (Pencerita)
" Setiap bayi dilahirkan dalam keadaa fitrah (Mengetahui agama dan tuhan yang benar). Maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.
Sabda: Rasulullah Saw"
Pagi masih merangkak. Adzan Subuh sudah terdengar di Negeri Para Nabi Palestina, seorang pria berbaju koko putih akan berangkat menjemput panggilan Allah untuk menjalankan sholat subuh di masjid yang tak jauh dari pengungsian. Anak Laki satu-satunya sudah terbangun, Salman namannya. Ibunda merasa bangga karena Salman yang berumur 9 tahun sudah terbiasa bangun ketika mendengarkan azan. Sedangkan adiknya Nadia 6 tahun masih tertidur.
Meski terkadang jalan becek, namun tak menyurutkan langkah kedua anak manusia tersebut menuju Masjid. Dengan semangatnya mengarungi kehidupan, Ayah Salman, bukan seorang pria yang berpendidikan tinggi. Sekolah Dasar (SD) saja tidak tamat tapi ia bisa mengajari mendidik anak ala Rasulullah. Sebenarnya dari kerut di dahinya tergambarkan beban berat yang harus dipikul, karena rumahnya sudah hancur atas kekejaman Israel namun buruh tani ini berharap dalam membentuk keluarga Samara tetap harus di yakini meski harus rela berkorban memegang senjata.
Haripun berganti, buah cinta bersama Istrinya Aminah, Salman tumbuh layaknya anak-anak lain. Kebanyakan orang menyebutkan, Salman Sehat, dan menggemaskan. Saat itu Palestina porak poranda, pasukan Israei menggempur habis-habisan. Memasuki musim sekolah Salman yang hobi main bola ini, tidak pernah lepas dengan sepeda tuanya. Sepeda tua inilah saksi sejarah kejamnya zionis IsraeI, ia pernah menangis, dan berlari menuju gurunya karena mengingat teman-temannya banyak yang tewas disekolah ketika itu.
***
Bersama ke- 5 sahabatnya, Azmi, Miftah, Raihan dan Adam serta Amar, Salman selalu saja merepotkan orang di pengungsian. Hampir tiap hari ia pulang lewat Asyar. Apa yang ia lakukan?. Salman, harus "ngindik- ngindik", lewat jalan belakang tenda, namun ibunya, selalu berteriak. "Ayah Salman lewat belakang". Sang Ayah yang sejak tadi memotong kayu, beranjak lari, dan menangkap serta membawa Salman kecil ke kamar mandi. Setiap guyuran membasahi kepala hingga tubuhnya, Bocah kecil hanya diam membisu bahkan jika kesalahan terus berulang, tak segan sang ayah menyelupkan ke bak mandi. Sambil mengguyur air, ia berseru,"Kamu harus banyak belajar Guru ngaji untuk tidak nakal lagi ! paham kamu,"ucap Ayah yang selalu patuh pada ajaran Islam. Bagi sang ayah, hukuman ini diberlakukan, agar ia jera. Jika terjadi demikian Ibunya hanya bisa menangis. Sebenarnya apa yang dilakukan Salman ? Ia, biasanya bersama-sama kawan-kawan berlari menghalangi tank-tank dan mobil perang pasukan Israel sambil berteriak, "Israel hancurkan, Palestina selamatkan, Allahu Akbar !!!!," ucapnya lantang sambil melempar batu ke mesin baja tersebut. Ini yang membuat orang tua takut, karena takutnya pasukan Israel yang tak pandang bulu nanti makin geram.
Walau demikian Salman kecil tak lupa meninggalkan sholat 5 waktu dan mengaji. Layaknya orang tua, sang Ayah, tidak memanjakan dan tidak memaksakan kemauannya. Buktinya ketika sang Ayah berbelanja ke pasar, Salman kecil selalu ikut. Tujuan hanya satu, kepengin tahu apa yang dilakukan Ayahnya di pasar. Dengan sepeda ontel yang dibelakangnya ,Sang Ayah harus bergonceng dengan Salman kecil, kota Gaza. Tekad Ayahnya hanya satu ia harus menjadi pemimpin yang dilakukana Rasulullah.
"Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, lantaran Allah telah melebihkan sebgaian dari mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena (laki-laki) menafkahkan sebagian dari harta mereka".(QS.An-nisa 4-34)
*****
Senja mulai redup. Di tengah lalu lalang barisan Tentara Palestina, terdengar seorang wanita yang lembut, penyabar, dan tegar sedang mempersiapkan bekal anak-anaknya. Sesekali ia merapikan kerudungnya yang mulai usang. Tanpa sedikitpun ia merasakan kebisingan pasukan tentara yang hilir mudik. Harapannya hanya satu, agar anak-anaknya di pengungsian harus tetap sekolah.
Sudah banyak orang yang mengenal sosok Ibu Aminah. Ia adalah sosok Ibu yang sabar, ia adalah guru ngaji. Meski demikian, beliau lebih suka dipanggil "Ibu" dibanding sebutan "Ustadzah". Untuk urusan baju ia lebih suka memakai baju muslim panjang hitam ketibang kaos. Pengajian ini biasanya sengaja dibuat usai magrib, agar semua anak-anak tidak wara wiri di malam hari di pengungsian.
Pagi tiba. Salman kecil, bersiap sekolah. Ibunya bersiap membantu kebutuhan anak-anaknya. Dengan alas kaki, celana panjang usang dan kemeja pendek, ia berjalan kaki, menghampiri satu persatu teman sekolahnya. Dalam perjalanan menuju sekolah darurat yang dibuat relawan-relawan yang terletak 3 Km. Ayah ibunya ternyata juga bersiap-siap. Kedua berpesan sepulang sekolah harus memberikan makan kambing di bukit yang tidak jauh dari pengungsian dan mengambil susunya lalu di jual ke pasar. Dibandingkan teman sebayanya, Salman Kecil sebenarnya anak yang manut dan soleh. Ini terbukti dengan latar belakang pola asuh orang tua yang terbuka dan membekali pendidikan agama membuat ia terbiasa dengan kemandiriannya. Memang sang Ayah, sangat komitmen menerapkan ajaran agama. Ini akibat konflik Palestina dan Israel yang tak gunjung selesai, akibatnya membuat karakter sang Ayah memiliki kesadaran tinggi terhadap kondisi sosial dan ekonomi keluarga. Buntut kesadaran itu, Ayahnya dengan mudah mempengaruhi warga untuk membangun kebersamaan untuk menghancurkan Israel.
Usai sekolah Salman tak pulang ke pengngusian. Namun bagi anak-anak Palestina membantu orang tua memang sudah fitrahnya mereka, selain dijadikan untuk pembelajaran ada satu hal yang menarik baginya, yaitu beramai-ramai menuju tempat kandang kambing sambil bermain-main. Mereka adalah pengembala setia, kesempatan itu langsung diraihnya mereka sambil bermain layang-layang. Sebenarnya Ibu Salman sangat meragukan kemahiran Salman kecil, karena beberapa kali, Salman sempat terjatuh menaiki pohon jambu di dekat bukit, ia menangis dan berteriak sejadi-jadinya. Seisi rumah dibuat kalut, ternyata Salman kecil sempet patah tangannya. Kali ini ibunya hanya bisa meyakinkan agar Salman kecil untuk berhati-hati.
***
Gaza semakin redup. Pasukan Israel tak henti-hentinya hilir mudik diatas bukit. Bersama kawan-kawannya, secara perlahan, dia mulai merasakan gelisah. Satu persatu kawannya memandang satu sama lainnya. Bagi Salman ini adalah permainan yang menegangkan. Berkat rasa pedulinya, Salman berhasil membuat hati teman-temannya tenang. Satu persatu mereka memegang kambingnya.. "Sudah kumpul semua, kita harus siap-siap sewaktu-waktu Israel menggempur kita,"sarannya sambil berteduh disebuah pohon.
Wusss..wuss….jgerr..jgerr…, tiba-tiba bom mendarat di perbukitan dan rumah penduduk yang tak jauh dari sana. Salman kecil, berlari. Satu persatu temannya mencari tempat perlindungan. Ternyata Pasukan Palestinapun membalas, hingga terjadi gencat senjata. Langit menjadi gelap, dentuman bom dan timah panas berhamburan. Membuat warga sipil lari berhamburan. Bruuk……seorang tentara Palestina terjatuh, kaki kanannya terkena timah panas, ia terseok-seok bangkit dan berdiri. Lalu Salman tak tinggal diam, dibawahnya tentara tersebut memasuki gua, dan tiba di tengah gua ia terjatuh. Tentara berdiri, namun tidak mampu, Salman pun bergegas mencari pertolongan. "Ayo kawan-kawan ada tentara terjatuh…,"ujarnya resah. Tentara tersebut nafasnya tersengal-sengal. Gua yang tadinya sunyi kini menjadi gaduh, akhirnya berujung musibah.
Guapun berduka. Sang tentara pingsan. ia hanya bisa berbaring. Salman dan kawan-kawannya sempat memijit dan mengurut tapi tidak ada perkembangan yang signifikan. Tadinya ia ragu, untuk membasahi muka tentara dengan susu, karena susu ini adalah sumber penghasilan kedua orangtuanya. Byurrr…byur….susupun membasahi muka sang tentara, iapun tersentak bangun. "Air..air…,"pintanya. Salman memberikan air susu. Salman bersama-sama temannya bahagia ia sudah sadar. Dengan sigap ia memberikan susu untuk diminum. Kini Salman bingung karena harus bicara apa kepada kedua orangtuanya karena susu sudah habis.
***
Dentuman sudah mulai tak terdengar. Mobil Ambulance bergegas melunjur cepat di perbukitan. Salman, dengan tegas langsung menghentikan mobil. "Pak di gua ada tentara yang terluka,"ucapnya tertatih-tatih. Seorang perawat dan rekannya langsung bergegas, Sesampai di gua, perawat langsung menangani. Setelah diperiksa dan memberikan infus ia langsung membawa ke Rs, Darurat yang terdekat "Terima kasih dik, kalau tidak cepat, ia tak tertolong,"pilu dokter.
Salman dan teman-temannya berpisah. Sepeda bututnya sudah hancur kemakan bom tadi. Ia berlari-lari cepat menuju pengungsian. Tidak seperti biasanya warga ramai. Tak ada tanda-tanda apapun yang ada dibenaknya. Ia pun bertemu dan memeluk Ayahnya. Dalam dekapan Ayahnya Salman, mengatakan bahwa susunya sudah habis diberikan tentara Palestina. Ayah hanya diam, adiknya Nadia hanya sibuk bermain. Ayah melepas pelukan Salman, "Ibu dimana Ayah," curiga Salman. Untungnya sang Ayah masih punya rasa senyum namun paras Salman kecil masih terlihat pucat. Nafasnya sudah tak teratur. Sang ayah masih teringat beberapa minggu lalu ketika Ibunya menanyakan cita-cita Salman,"Nanti aku akan menjadi Penghafal Alquran, bu,"kenangnya. "Ibumu sudah mendahului kita Salman. Ia tewas ketika sedang mencuci pakaian di sungai. "Ternyata Allah sangat sayang sama Ibu,"tambah Ayah. Salman bukan hanya kaget. Ia berlari ke areal tanah luas sekitar pengungsian sambil mengatakan "Israel kejam, Israel laknatullah, kali ini kalian telah membunuh ibuku,"ucapnya garang.
Kini keluarga Salman menyadari akan musibah tersebut. Ada satu hal yang dipelajari oleh keluarga ini yaitu tentang cobaan dan mengingat Allah Swt.
***
Sebenarnya Salman, tidak mengetahui kegalauan Ayahnya. Sejak Ibunya meninggal, Ayahnya harus berjibaku mencari kebutuhan hidup, walau ada keringanan biaya dari para lembaga kemanusian untuk sekolah, berobat namun Allah swt, memilih jalan dan agar Salman tetap menjadi anak soleh penghafal Alquran bukan lainnya.
Kini Salman kecil sudah tahu apa yang harus dilakukan agar Ayah bahagia. Ibunya, meninggalkannya ketika ia berusia 9 tahun. Hatinya sempat terpukul, tapi ia tak mau berlarut-larut, karena ia menyadari masa depan itu masih ada. Salman masih ingat nasehat ibunya yang bukan tipikal memaksakan kehendaknya dalam mendidik semua anak-anaknya. Baginya apa saja yang dilakukan anak-anaknya, asal positif dan masih dalam koridor islam, ia selalu mendukung dengan segenap kemampuannya.
Sejak mengenyam pendidikan di Sekolah darurat banyak yang didapat dari para guru relawan makna kehidupan. Salman sangat bersyukur sekali. Sebab, dengan dukungan ibu dan kakaknya, ia mampu lebih cepat berinovasi, dan mampu berkembang dengan menunjukkan talentanya.
Kini Salman sudah remaja, begitu mempercayai amanah kedua orang tuanya yang masih meraung ditelinganya. Ayah memang sang cahaya, ia selalu menyinari hati anak-anaknya dan Istrinya. Sedangkan sang ibu lemah lembutnya tak akan pernah lelah diujung waktu. Kini salman menjadi anak yang soleh, ia bisa mandiri dan tegar layaknya seorang pria. Salman remaja, merasa matang sebelum waktunya karena tempaan dari kedua orang tuanya. Terkadang ia berpikir apakah harapan mengapai
cita-cita masih ada?
***
Bahkan ketika ulang tahun ibunya, Predikat anak pandai berada dipundaknya. Ia sungguh bersyukur memiliki seorang ibu dan Ayah, sehingga pemicu kekuatan dan dalam menggapai impian dan cita-cita. "Ayah ini kado untuk Ayah. Hari ini ulang tahun Ibu,"senyumnya.
Ayahnyapun membuka kado kecil itu, Ia sempat kaget karena kalung ini adalah kalung pemberian Ayah untuk Ibu ketika walimatul ursy. Ayah menatap Salman. "Ayah, Ibu yang memberikan aku ketika aku kecil dan menyuruh menjaganya, katanya boleh kamu jual ketika kamu kuliah,"jelas Salman tersenyum. "Dan aku tak akan pernah menjual Ayah karena aku tahu sewaktu-waktu Ayah membutuhkan,"senyumnya kembali. Ayahnya memeluknya."Kita tak akan pernah menjual kalung ini Salman hingga Palestina terkubur di makan usia. Salman, Nadia adalah buah cinta Ayah,"tangis haru Ayah. Tekad bulat mengejar impian, keluarga Salman sangat menyangi keberadaannya negeri Palestina. Mereka bertekat menggenggam Palestina hingga ajal menjemput.
Sampai kini tempat pengungsian masih seperti dulu, basah, panas serta dingin ketika musimnya. Namun dari luar jendela sudah banyak para anak-anak yang hilir mudik, bermain, duduk sambil menghapal atau muraja'ahnya Alquran.
Semua tergambarkan dilingkungan sekitar, seperti anak-anak yang tiap tahunnya di wisuda karena menghafal 30 jus. Kekompokan dan kesatuan membuat Palestina tetap hidup. Dalam situasi dan kondisi sosial masyarakat, Palestina negeri suci umat Islam setelah Mekah dan Madinah, terasa betul denyut kehidupan islami yang berada ditengah himpitan pasukan Israel. Palestina selalu berharap semua umat Islam harus memperjuangkan negeri yang tak akan punah. Ini bukan hanya kejahatan aqidah tapi kejahatan kemanusian.
Parung, 6 Desember 2013
CITA CINTA AKU DAN ANAK-ANAK ASUH
"Demi cintaku pada surga.
Ku titipkan sejuta asa dan kerinduan pada keluguanku.
Merah darah ini telah terbuang percuma bahkan tak terlihat.
Aku bukan pelajur waktu
juga bukan segenggam emas yang separuh aku dan harapan.
Tolong doakan agar aku bisa terbang dan menggapai matahari
Terjamah oleh se titik cinta pada sebuah asa
Yang pada akhirnya terkapar di makan usia "
SALAM PONDOK DONGENG ABU MIFTAH
----------@@@@-------------
MENDONGENG JANGAN "MALAS"
Mendongeng bukan sekadar bergaya tapi dibutuhkan kreativitas yang tinggi.wajar saja jika saya mendongeng selalu bercucuran air keringat.
Kreativitas yang tinggi berguna agar pendongeng ketika menyampaikan materi (bercerita). Anak-anak tidak berlarian bahkan tidak ngomong sendiri-sendiri. Jika terjadi dapat dikatakan pendongeng tersebut telah gagal total (GaTot).
Saat ini kejadian tersebut membuat guru-guru banyak yang tidak tertarik dengan mendongeng bahkan guru-guru di TK pun jarang sekali yang mau mendongeng. Selain takut GaTot alasan lainnya bermacam-macam. Dari kekurangan bahan cerita, tidak bisa berakting, kurang Pede, tidak mau menggerakan tubuh dan masih banyak lagi. ironisnya, ada juga yang beralasan ’malas’.
Kemalasan tersebut bisa jadi karena stamina tidak mendukung (Malas bergerak).Makanya kita harus banyak berlatih. Supaya kerja otak,fisik jadi prima dan kita tidak malas.
Mari kembali mendongeng. Teori sudah diluar kepala,tinggal kita harus banyak berlatih , seperti pernafasan, vokal, dan intonasi agar mendongengnya menarik dengan berbagai variasi suara-suara dan lagu-lagu.
Ingat.!!! Jika banyak berlatih pastinya segudang kelebihan dan kelemahan yang kita dapat.
*******@@@@*****
Mutiara Hati
ANAK, AMANAH ATAU UJIAN ?
SEBUAH kenyataan yang sering kali kita jumpai ialah tidaklah dua orang yang pernah mengenal berjumpa melainkan mereka akan bertanya berapa jumlah anak mereka sekarang.
Jarang sekali kita dapati mereka mengawali pembicaraan dari tema berapa banyak kekayaan mereka, berapa pula istrinya, atau yang lainnya. Ini mengisyaratkan bahwa anak di mata para orang tua adalah ibarat satu-satunya barang yang paling berharga yang ia miliki.
Ada hal yang penting sekali untuk diketahui dan sangat perlu direnungkan oleh para orangtua, bahwa lahirnya seorang anak bukan semata-mata guna menambah jumlah anggota keluarga, juga bukan semata-mata guna menambah kebahagiaan bapak dan ibu serta membahagiakan mereka.
Juga bukan sekedar memberikan harapan buat orangtua bahwa di hari esok apabila anak telah dewasa dapat membantu orangtua untuk mencari nafkah.
Akan tetapi, hadirnya seorang anak merupakan cambuk bagi orangtua khususnya, untuk berlomba-lomba berbuat yang paling baik bagi diri sendiri dan anaknya. Tentunya "baik" di sini adalah dalam penilaian Dzat Yang menciptakan dan menghadirkan buah hati tersebut di tengah-tengah keluarga.
Dengan demikian, anak tidak semata-mata kenikmatan rezeki dari Alloh untuk dinikmati, namun ia merupakan amanah dan tanggung jawab bagi orangtuanya. Bagaimana bisa begitu?
Tidak ada yang aneh dan samar dalam masalah ini bila kita kembali mentadabburi merenungi dan memahami firman Allah:
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. (QS at-Taghabun: 15)
Bahkan dalam ayat tersebut Allah tidak sekedar membahasakan anak sebuah amanah, namun sebagai sebuah ujian. Yaitu, ujian apakah para orangtua berbuat baik pada anak tersebut, ataukah tidak. Hal ini mungkin perlu perenungan sejenak.
Sudahkah kita sebagai orangtua menyadarinya? Ini adalah pertanyaan pertama, sebelum kita bertanya apakah ia mendidik anak-anak dengan baik atau bahkan tidak memperhatikan mereka.
#SatuHatiCintaAlquran
----------@@@@@@---------
7 RAHASIA MENDIDIK ANAK
Oleh : Ustd.Farid Ahmad
1. Jika melihat anakmu menangis, jangan buang waktu untuk mendiamkannya. Coba tunjuk burung atau awan di atas langit agar ia melihatnya, ia akan terdiam. Karena psikologis manusia saat menangis, adalah menunduk.
2. Jika ingin anak-anakmu berhenti bermain, jangan berkata: “Ayo, sudah mainnya, stop sekarang!”. Tapi katakan kepada mereka: “Mainnya 5 menit lagi yaaa”. Kemudian ingatkan kembali: “Dua menit lagi yaaa”. Kemudian barulah katakan: “Ayo, waktu main sudah habis”. Mereka akan berhenti bermain.
3. Jika engkau berada di hadapan sekumpulan anak-anak dalam sebuah tempat, yang mereka berisik dan gaduh, dan engkau ingin memperingatkan mereka, maka katakanlah: “Ayoo.. Siapa yang mau mendengar cerita saya, angkat tangannya..”. Salah seorang akan mengangkat tangan, kemudian disusul dengan anak-anak yang lain, dan semuanya akan diam.
4. Katakan kepada anak-anak menjelang tidur: “Ayo tidur sayang.. besok pagi kan kita sholat subuh”, maka perhatian mereka akan selalu ke akhirat. Jangan berkata: “Ayo tidur, besok kan sekolah”, akhirnya mereka tidak sholat subuh karena perhatiannya adalah dunia.
5. Nikmati masa kecil anak-anakmu, karena waktu akan berlalu sangat cepat. Kepolosan dan kekanak-kanakan mereka tidak akan lama, ia akan menjadi kenangan. Bermainlah bersama mereka, tertawalah bersama mereka, becandalah bersama mereka. Jadilah anak kecil saat bersama mereka, ajarkan mereka dengan cara yang menyenangkan sambil bermain.
6. Tinggalkan HP sesaat kalau bisa, dan matikan juga TV. Jika ada teman yang menelpon, katakan: “Maaf saaay, saat ini aku sedang sibuk mendampingi anak-anak”. Semua ini tidak menyebabkan jatuhnya wibawamu, atau hilangnya kepribadianmu. Orang yang bijaksana tahu bagaimana cara menyeimbangkan segala sesuatu dan menguasai pendidikan anak.
7. Selain itu, jangan lupa berdoa dan bermohon kepada Allah, agar anak-anak kita menjadi perhiasan yang menyenangkan, baik di dunia maupun di akhirat.