Minggu, 12 Maret 2017

Anak Zaman Now, Tanggung Jawab Siapa ?


Oleh : Kak Abu ( Founder PeDe )

Zaman Now ternyata berpengaruh terhadap kondisi anak-anak. Akibat hadirnya peralatan canggih ini membuat anak-anak sangat sulit membaca buku dan terlena dengan “Games” di tangannya sendiri.


Namun berbeda dengan sanggar Pondok Baca dan Dongeng  Abu Miftah (PeDe). Pagi ini suasana rumah  terusik dengan bunyi paggar besi yang mulai terbuka. Terlebih ditambah deru mesin mobil membuat suasana semakin gaduh (Ahad,12/3/2017). Tujuh (7) Mobil angkot biru memenuhi halaman PeDe. Betul saja, segerombalan anak-anak  mulai menyelinap masuk menyerbu ruang baca. Dengan cekatan mereka mengambil beberapa koleksi buku baru yang telah mereka pilih. Tidak mau kalah adik-adik yang paling unyu pun ikut membolak-balik buku yang menurut mereka menarik. Itulah riuh  kedatangan 80 anak -anak yang tergabung di Rumah Tahfis Aisyah yang terletak di Kali Suren, Parung Bogor.

Meski minat baca anak di Zaman Now sangat memprihatinkan, namun tak berlaku dengan anak-anak yang rata-rata masih di Sekolah Dasar (SD) ini. Menurut catatan Kak Abu, pengelolah PeDe, ketika memberi sambutan, memang pengunjung untuk membaca di sanggar PeDe sesaat setelah diresmikan 15 Mei silam, memang menurun. Anak-anak Zaman Now membaca karena terpaksa atau dipaksa, seperti waktu mengerjakan tugas (PR), maklum saja sanggar PeDe ini selain TBM juga tempat Bimbingan Belajar (Bimbel). Melihat minat baca pada anak Zaman Now yang rendah sekali, sebenarnya Kak Abu, berupaya menumbuhkan minat baca dengan berbagai program selain Mendongeng, belajar Lenong bahkan Ngebolang. ” Ketika anak-anak ke sanggar, otomatis mereka membaca terlebih ketika ada PR, lucukan. Dan ini adalah salah satu Gerakan literasi (membaca) loh..," ujar penulis Satu Kisah Berjuta Makna.

Kak Abu menyambut penuh hangat tamu terhormat ini. Dengan lihainya, ia mulai beraksi yaitu mengajak anak-anak untuk bermain permainanan Tradisional seperti : bermaian Ular tangga, Takadal bahkan congklang. “Ayo siapa yang pernah bermaian permainan ular tangga ?” tanya Kak Abu. Satu persatu adik-adik mulai angkat tangan. Subhanallah, adik-adik kita ini dengan mudahnya bermain ular tangga yang berukuran besar. Tapi ketika Kak Abu menunjukkan permaianan takadal. Mereka semuanya menggeleng kepala. Kak Abupun mulai menjelaskan permaianan tradisional yang mulai hilang. Sedih memang, tapi lagi-lagi ini Zaman Now.

Kak Abu tak ambil pusing, melihat permainan tradisonal yang terlupakan, bapak tiga (3) anak ini  melakukan Gerakan literasi (membaca). Kenapa ? Karena anak-anak setelah dijelaskan, mereka juga diberi buku yang berkenaan dengan permainan tradisional atau nobar film, seperti ; kartun Upin dan Ipin, yang contennya permainan tradisonal. Selain memperkenalkan permaianan tradisonal, berikutnya dengan cara mendongeng. Kini Giliran Pendongeng Nasional ini beraksi, Kali ini Kak Abu bercerita tentang seorang anak yang mencintai buku. Anak-anak mulai tertawa gembira apalagi ketika si Memed boneka puppet mulai bernyanyi dengan suara fals. "Pada dasarnya ini hanya sebuah cara, namun kembali lagi dari orang tua yang mampu menyugesti atau memotivasi anak-anak membaca," ujar Kak Abu usai mendongeng pada Ibu Mutiah, Guru Tahfis Aisyah. Dengan mendongeng, Kak Abu menambahkan bisa dengan menyelipkan pesan-pesan bahwa dengan membaca bisa mencerdaskan, menambah wawasan. Nah, tinggal orang tua yang menyikapi, karena tak jarang orang tua yang menyerahkan sepenuhnya pendidikan literasi (membaca) anak kepada pihak sekolah,”tambahnya. Setelah mendongeng, anak-anak dibiarkan kembali bermain dan membaca, sedangkan guru dan pembimbing diberi pembekalan materi kampanye literasi.

Dalam pembicaraannya, Guru teater ini menjelaskan data minat baca di Indoensia. Menurutnya, Berdasarkan studi Most Littered Nation In the World 2016 minat baca di Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara. Di tambah Data dari United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) menunjukkan, persentase minat baca anak Indonesia hanya 0,01 persen. Artinya, dari 10.000 anak bangsa, hanya satu orang yang senang membaca, sedih ya.
Adapun menurut catatan beberapa sumber, rendahnya minat baca disebabkan beberapa faktor satu diantaranya penggunaan “instan” internet yang saat ini sudah menjadi kebutuhan. “Sekarang anak-anak Zaman Now mencari referensi bukan melalui membaca buku tapi dengan membuka Whatshap (WA). Melihat buku saja sudah mengelak (tak peduli) apalagi membeli buku,”senyum Kak Abu ketika menjelaskan pentingnya membaca pada Anak.

Mungkin ini sudah Zaman Now, dengan kemajuan teknologi dan kemudahan informasi, setiap orang sudah bisa membaca apapun, dari manapun dan kapanpun. Ironis ya, padahal  terbiasa membaca artikel di internet semakin menurunkan minat baca buku seseorang. Padahal informasi yang ada didalam artikel itu hanya sepotong-sepotong dan tidaklah menyeluruh, ditambah lagi dengan kredibilitas seorang penulis masih dipertanyakan, salah pemahaman bisa menjadi hoax. 
Menurut Najwa Shihab, presenter TV dan juga Duta Baca Indonesia, budaya membaca di Indonesia belum mendarah daging, berbeda dengan masyarakat Eropa, yang telah menjadikan membaca sebagai kegiatan wajib setiap waktu senggang ataupun menjelang tidur. Nazwa, mengatakan bahwa rata-rata orang Indonesia hanya membaca 1 buku per tahun dan 1 buah buku yang dibaca ternyata belum tentu buku yang bermanfaat. “Ini adalah realita yang harus disadari,”aku Kak Abu, membaca adalah sebuah hal yang sangat penting di abad millennium ini. Di mana terjadi perkembangan teknologi dan informasi sangat pesat sehingga memaksa umat manusia untuk membaca lebih banyak dan lebih sering dari biasanya. Dengan lugas, Kak Abu mengatakan, ”Siapa yang malas membaca akan tertinggal jauh dibelakang orang yang terbiasa membaca,”ujarnya mengakhiri pembicaraan.
Waktu sudah mendekati zhuhur anak-anak mulai berbondong-bondong ke masjid yang tak jauh dari sanggar. Salah satu anak mendekati Kak Abu, ia memohon untuk menjadi muadjin, pelantun Adzan. Ia pun mulai mengumandangkan adzan. Usai sholat anak-anak mulai makan bersama-sama. Inilah indahnya kebersamaan, mereka puas apa yang sudah diberikan sanggar PeDe. Walau sanggar ini usianya memasuki enam tahun, namun sudah memberikan kontribusi kepada masyarakat. Mereka pamit pulang.

"Alhamdulillah terima kasih Kak Abu. Adik-adik kami nampak antusias mengikuti kegiatan di Sanggar PeDe hari ini",ujar Ibu Mutia  guru pembimbing. "Insya Allah kita akan datang lagi April,  tapi kali ini kita akan Ngebolang ya....Kak Abu ke  Gunung peyek,"senyum sumringah. “Siap..bu, titip pesan ke orangtua anak-anak sebaiknya mereka membaca minimal 15 menit sebelum kegiatan belajar,”balas menjawab. Dan satu lagi Kak Abu mengahiri pesan yaitu, wahyu pertama yang turun adalah seruan membaca. Iqra' yang berarti bacalah.

Mereka bersalaman dan kembali masuk ke angkot masing-maaing dan...."Da....Kak Abu...salam sama memed ya...,"teriak anak-anak. "iya..  memed lagi tidur,...da..da..da...," Kak Abu  menjawab teriakan mereka. Dalam diam, Kak abu berpikir, Anak Zaman Now, Tanggung Jawab Siapa ? Orang tua atau Pemerintah.

Parung, 2017


CITA CINTA AKU DAN ANAK-ANAK ASUH

"

Demi cintaku pada surga.

Ku titipkan sejuta asa dan kerinduan pada keluguanku.

Merah darah ini telah terbuang percuma bahkan tak terlihat.

Aku bukan pelajur waktu

juga bukan segenggam emas yang separuh aku dan harapan.

Tolong doakan agar aku bisa terbang dan menggapai matahari

Terjamah oleh se titik cinta pada sebuah asa

Yang pada akhirnya terkapar di makan usia "


SALAM PONDOK DONGENG ABU MIFTAH


----------@@@@-------------


MENDONGENG JANGAN "MALAS"

Mendongeng bukan sekadar bergaya tapi dibutuhkan kreativitas yang tinggi.wajar saja jika saya mendongeng selalu bercucuran air keringat.

Kreativitas yang tinggi berguna agar pendongeng ketika menyampaikan materi (bercerita). Anak-anak tidak berlarian bahkan tidak ngomong sendiri-sendiri. Jika terjadi dapat dikatakan pendongeng tersebut telah gagal total (GaTot).

Saat ini kejadian tersebut membuat guru-guru banyak yang tidak tertarik dengan mendongeng bahkan guru-guru di TK pun jarang sekali yang mau mendongeng. Selain takut GaTot alasan lainnya bermacam-macam. Dari kekurangan bahan cerita, tidak bisa berakting, kurang Pede, tidak mau menggerakan tubuh dan masih banyak lagi. ironisnya, ada juga yang beralasan ’malas’.

Kemalasan tersebut bisa jadi karena stamina tidak mendukung (Malas bergerak).Makanya kita harus banyak berlatih. Supaya kerja otak,fisik jadi prima dan kita tidak malas.

Mari kembali mendongeng. Teori sudah diluar kepala,tinggal kita harus banyak berlatih , seperti pernafasan, vokal, dan intonasi agar mendongengnya menarik dengan berbagai variasi suara-suara dan lagu-lagu.

Ingat.!!! Jika banyak berlatih pastinya segudang kelebihan dan kelemahan yang kita dapat.


*******@@@@*****



Mutiara Hati


ANAK, AMANAH ATAU UJIAN ?



SEBUAH kenyataan yang sering kali kita jumpai ialah tidaklah dua orang yang pernah mengenal berjumpa melainkan mereka akan bertanya berapa jumlah anak mereka sekarang.


Jarang sekali kita dapati mereka mengawali pembicaraan dari tema berapa banyak kekayaan mereka, berapa pula istrinya, atau yang lainnya. Ini mengisyaratkan bahwa anak di mata para orang tua adalah ibarat satu-satunya barang yang paling berharga yang ia miliki.


Ada hal yang penting sekali untuk diketahui dan sangat perlu direnungkan oleh para orangtua, bahwa lahirnya seorang anak bukan semata-mata guna menambah jumlah anggota keluarga, juga bukan semata-mata guna menambah kebahagiaan bapak dan ibu serta membahagiakan mereka.


Juga bukan sekedar memberikan harapan buat orangtua bahwa di hari esok apabila anak telah dewasa dapat membantu orangtua untuk mencari nafkah.


Akan tetapi, hadirnya seorang anak merupakan cambuk bagi orangtua khususnya, untuk berlomba-lomba berbuat yang paling baik bagi diri sendiri dan anaknya. Tentunya "baik" di sini adalah dalam penilaian Dzat Yang menciptakan dan menghadirkan buah hati tersebut di tengah-tengah keluarga.


Dengan demikian, anak tidak semata-mata kenikmatan rezeki dari Alloh untuk dinikmati, namun ia merupakan amanah dan tanggung jawab bagi orangtuanya. Bagaimana bisa begitu?


Tidak ada yang aneh dan samar dalam masalah ini bila kita kembali mentadabburi merenungi dan memahami firman Allah:


Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. (QS at-Taghabun: 15)


Bahkan dalam ayat tersebut Allah tidak sekedar membahasakan anak sebuah amanah, namun sebagai sebuah ujian. Yaitu, ujian apakah para orangtua berbuat baik pada anak tersebut, ataukah tidak. Hal ini mungkin perlu perenungan sejenak.


Sudahkah kita sebagai orangtua menyadarinya? Ini adalah pertanyaan pertama, sebelum kita bertanya apakah ia mendidik anak-anak dengan baik atau bahkan tidak memperhatikan mereka.


#SatuHatiCintaAlquran


----------@@@@@@---------


7 RAHASIA MENDIDIK ANAK

Oleh : Ustd.Farid Ahmad


1. Jika melihat anakmu menangis, jangan buang waktu untuk mendiamkannya. Coba tunjuk burung atau awan di atas langit agar ia melihatnya, ia akan terdiam. Karena psikologis manusia saat menangis, adalah menunduk.


2. Jika ingin anak-anakmu berhenti bermain, jangan berkata: “Ayo, sudah mainnya, stop sekarang!”. Tapi katakan kepada mereka: “Mainnya 5 menit lagi yaaa”. Kemudian ingatkan kembali: “Dua menit lagi yaaa”. Kemudian barulah katakan: “Ayo, waktu main sudah habis”. Mereka akan berhenti bermain.


3. Jika engkau berada di hadapan sekumpulan anak-anak dalam sebuah tempat, yang mereka berisik dan gaduh, dan engkau ingin memperingatkan mereka, maka katakanlah: “Ayoo.. Siapa yang mau mendengar cerita saya, angkat tangannya..”. Salah seorang akan mengangkat tangan, kemudian disusul dengan anak-anak yang lain, dan semuanya akan diam.


4. Katakan kepada anak-anak menjelang tidur: “Ayo tidur sayang.. besok pagi kan kita sholat subuh”, maka perhatian mereka akan selalu ke akhirat. Jangan berkata: “Ayo tidur, besok kan sekolah”, akhirnya mereka tidak sholat subuh karena perhatiannya adalah dunia.


5. Nikmati masa kecil anak-anakmu, karena waktu akan berlalu sangat cepat. Kepolosan dan kekanak-kanakan mereka tidak akan lama, ia akan menjadi kenangan. Bermainlah bersama mereka, tertawalah bersama mereka, becandalah bersama mereka. Jadilah anak kecil saat bersama mereka, ajarkan mereka dengan cara yang menyenangkan sambil bermain.


6. Tinggalkan HP sesaat kalau bisa, dan matikan juga TV. Jika ada teman yang menelpon, katakan: “Maaf saaay, saat ini aku sedang sibuk mendampingi anak-anak”. Semua ini tidak menyebabkan jatuhnya wibawamu, atau hilangnya kepribadianmu. Orang yang bijaksana tahu bagaimana cara menyeimbangkan segala sesuatu dan menguasai pendidikan anak.


7. Selain itu, jangan lupa berdoa dan bermohon kepada Allah, agar anak-anak kita menjadi perhiasan yang menyenangkan, baik di dunia maupun di akhirat.



promo

Ka Abu Miftah bukan saja mengajarkan mendongeng, melatih anak berteater tapi juga mengajarkan anak berprestasi dalam menggambar. Kini Ka Abu dapat hadir di sekolah teman-teman. Berminat hub. 08177 25 321 atau sms 0812 13 79 1326