Kamis, 18 September 2014

Dongeng Moster Kecil
Karya : Ka Abu Miftah

Pagi itu udara sangat bersih, matahari nampak menyinari bumi. Ayampun berkokok, membangunkan setiap anak. Di kejauhan nampak jendela baru saja dibuka. Seorang ibu menghirup udara pagi dan beranjak membangunkan seorang anak yang tertidur. Siapakah anak manis tersebut ? dia adalah seorang anak laki-laki bernama Doni.

Doni kecil mempunyai adik bernama Aisyah usianya baru 4 tahun. Tapi jangan salah teman-teman, Aisyah sudah terbiasa bangun pagi terlebih jika ayahnya bergegas sholat subuh di masjid. Usai sholat shubuh Doni memang selalu tertidur kembali, maklumnya saja matanya yang sipit enggan untuk terbuka. Herannya kesukaannya dengan coklat tak pernah lepas ditangannya walaupun sudah tertidur lelap. “Doni ayo bangun, bukankah hari ini kamu sekolah?,”ujar ibu yang sudah mempersiapkan susu untuknya. Donipun malah membalikkan badannya dan mengambil selimut untuk menutupi badannya yang terbuka. Ibupun tak tinggal diam. “Ibu hitung sampai 5 ya…, jika tidak, ibu guyur nih. Ayo Aisyah kita hitung .1, …2….3…,”belum sampai Ibu dan Aisyah pada hitungan berikutnya Doni sudah beranjak dari tempat tidur. “Iya Doni bangun,”malas Doni membuka matanya.
Kaki kecilnya melangkah menuju kamar mandi dan tangan kecil membersihkan tubuhnya dengan sabun…byurrrrr, air terakhir membasahi tubuhnya. Tubuhnpun dibalut handuk.“Ibu, ayah hari ini Doni tak usah diantar ke sekolah ya..karena aku sudah besar,”ujar Doni yang saat ini belum genap 7 tahun sudah masuk SD . “Ohhh anak ibu yang pintar.Oke deh,”balas ibu sambil merapikan dan memasukan buku ke dalam tas Doni. “Tapi nanti jangan jajan sembarangan ya, apalagi coklat. Dirumah sudah banyak coklat, kan.. ,”nasehat ayah tak mau kalah.”hehehhe…iya, ayah yang cerewet, Doni berangkat. Ehhh…adik cantik kakak berangkat dulu ya… Assalamualaikum,”salam Doni pada ibu, ayah dan adiknya.

Dengan sepeda kecil berwarna merah, ia menuju sekolah. Sesampai disana ia bertemu dengan seorang bapak yang berbadan tegak berkumis lebat ? Ayo,….siapakah dia teman-teman?.Iya betul dia adalah Bapak Satpam. “Assalamualaikum Pa Satpam gendut..,”ledeknya. “Wa’alaikum salam. Ayo…Kamu meledek lagi ya..Sudah sana masuk,”balas Bapak Satpam sambil mengejar Doni.
Teman-teman Doni sudah ramai. Masing-masing orangtua atau pengantar seperti biasanya menunggu diluar kelas. Belpun berbunyi. Semua anak sebelum masuk harus berbaris. “Ayo teman-teman, satu persatu masuk kelas,”ujar ibu guru. “Horeee…” semua bersorak gembira. Doni, Dodo dan Dina berebut mengambil kursi dan berlari-larian. Tiba-tiba ember yang berisi air tumpah …byuuuuurrrr…Kelas dipenuhi air. Ibu guru Mira yang sejak tadi memperhatikan mereka menghampiri mereka,”Ayo, siapa yang tadi menjatuhkan ember,”tegur ibu. Tak ayal anak-anakpun saling tuduh terutama Dodo yang berbadan besar menuduh Doni dan Dina. “Ihhh Dodo menuduh aku…Doni tuh…,”geram Dina. Doni tak tinggal diam. “Enak saja…Dodo tuh…bu Guru,”geram Doni tak mau kalah. Guru Mira yang memakai jilbab merah muda ini hanya bisa menggelengkan kepala.”Ayo…supaya enak dalam belajarnya, kelas harus bersih. Mari kita bersihkan sama-sama,”sarannya. Akhirnya kelaspun dibersihkan, yang laki-laki mengangkat meja, bangku dan wanita menyapu. Sedangkan guru membantu membersihkan lantai yang basah. Tak terasa bel kembali berbunyi. Kali ini tanda bel pulang. “Hari ini kita belajar membersihkan kelas, karena teman-teman tahu kebersihan adalah pangkal kesehatan. Dan satu lagi ...teman-teman kebersihan bukan hanya di kelas tapi juga bersih badan dan dalam tubuh kita, agar kita tidak diserang apa pe…..?.” ”Penyakit, bu guru,”sorak mereka.
Doni, Dina dan Dodo seperti biasanya pulang bersama-sama.”Don…kamu tahu tidak malam nanti kata kakekku nanti malam ada monster kecil. Dia akan datang menghampiri kita,”ujar Dodo. “Ahhh…aku tak pernah takut, Dodo. Nanti aku lawan. Aku jago seperti ayahku jago silat,”ledek Doni.”Ihhhh…Dodo, Kalau aku sebelum tidur baca doa. Biar ngak diganggu setan,”Dina tak mau kalah.”kalian tidak tahu kata kakek, monster itu akan datang pas kita tidur. dia mencari anak-anak yang malas go….,”geram Dodo. Doni, Dina tak menghirukan ucapan Dodo. “Ehh…teman-teman kita jajan nyok…aku ingin beli roti coklat dan permen kesukaan aku,” kata Doni sambil menarik tangan Dodo.’’Ayo, aku juga suka roti cokalt dan permen,”aku Dina. Dodo hanya terdiam, dia takut pada nasehat kakeknya. Dan langsung meminta izin pada mereka untuk cepat pulang.”Aku tidak mau. Nanti kalau monster itu datang…ihhh seram,” Dodo pun berlari. Doni dan Dina akhirnya tak menghiraukan ucapan temannya. Terlebih nasehat ayahnya. Mereka dengan lahap memakan dan menghisap permen kesukaannya. “nyam…nyammm…nyammmmm,”.

Malampun tiba, matahari sudah tak terlihat hanya bulan bersinar. Suara jangkrik bersahut sahutan.Entah kenapa mata Doni tak mau terpejam. Untuk menghalau takut, ia memakan coklat yang sejak tadi dipegangnya dengan lahap. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 22.00 wib. Malam itu Doni menatap langit-langit. Badannya yang mungil mulai merasakan dingin. Tiba-tiba suara anjing  Pak RT, melolong panjang. Doni langsung menutupi wajah dengan selimut. Ia teringat nasehat temannya, Dodo. kalau malam ini ada monster kecil. Jam waktu berdetak. Doni pun akhirnya tertidur lelap.

Di tempat yang berbeda, suara-suara mulai bermunculan. Ramai seperti pasar malam. Makhluk yang berbadan besar, menghampiri pasukannya. “Semua bersiap. Ayo, sudah tidak ada lagi yang bercanda, kita mencari anak-anak yang malas,”tegasnya sambil membawa benda panjang mirip besi yang di ujungnya ada penjepitnya. “Siaap..komandan,”lantang pasukan. Mereka berbaris layaknya pasukan Tentara. Sambil bernyanyi lantang, mereka terus mencari. “Stoop….,” komandan memberhentikan tiba-tiba. Semua terhentak. Jatuh, terdorong kawannya dari belakang. “Aku melihat beberapa anak yang malas,” geramnya. “Ayo, tugas kita mengambil makanan yang tersisa…serbuuuu…serbuuu…,”ucapnya kembali. Belum 2 jam terlelap.Tiba-tiba, “Aduhhhh…. Sakit…aduhhh sakit,” keluh Doni. “….Ayo teman-teman… cangkul sisa makan itu,” mereka terus mencangkul makan yang tersisa. Doni menangis sejadi-jadinya. “Ibu…ibu….ayah…sakit…sakit.. aku diganggu moster kecil…” tangis Doni tak tertahan. “Rasakan ini anak malas…congkel terus teman-teman, dan ambil sisa makanan pada mulutnya!...” tegas komandan.

Seluruh orang di rumah mendengarkan teriak dan tangis Doni. Mereka membuka pintu kamar Doni yang terlihat penuh dengan kotoran coklat. “Ayah…aku diganggu monster kecil. Dia memukul pipi kananku, sakit ayah..,” tangis nya sambil memperlihatkan pipinya yang bengkak. “jangan di pegang ayah, sakit…,” pilu tak tertahan. Semua tertawa kecuali Aisyah, ia hanya terdiam penuh tanda tanya. “Memang kakak kenapa Ayah?” tanyanya penasaran. “Kakak mu? dia sakit gigi, karena malas gosok gigi,” jawab ibu sambil memeluk Aisyah. “Ayo sekarang kamu sikat gigi untuk menghilangkan rasa sakit. Nanti pagi kita ke Dokter,” saran Ayah. Doni langsung patuh. Bersama ibunya ia menuju kamar mandi. Lalu bagaimana dengan monster kecil tersebut?.Monster berlari ketakutan. Pasukan yang membawa makanan terhalau air bah berwarna putih. Gigi Doni terus dibersihkan. Moster itu lari kocar-kacir. ”Lagi-lagi air bah itu kembali datang… Kabuuur…,” teriak komandan.


Paginya Doni tak berangkat sekolah. Ia bersama ibu dan ayahnya berangkat ke Dokter. Diperjalanan ia bertemu dengan Dina. Ternyata ia mengalami hal yang sama dan juga menuju dokter yang sama. Doni dan Dina tersipu malu, karena cerita monster kecil itu menjadi nyata. Sesampai di ruang pemeriksaan Dokterpun membersihkan sisa makan Doni. Ia menghimbau agar Doni selalu gosok gigi minimal pagi dan sebelum tidur. “Karena kuman-kuman sisa makanan selalu menempel di gigi. Apalagi coklat dan permen itu makan favorit monster kecil,” senyum dokter. Ruang dokter yang tadinya senyap kini seakan bergetar oleh tertawa mereka yang tak habis-habisnya. “Jadi, monster kecil itu kuman…,” Doni pun tertunduk malu.

CITA CINTA AKU DAN ANAK-ANAK ASUH

"

Demi cintaku pada surga.

Ku titipkan sejuta asa dan kerinduan pada keluguanku.

Merah darah ini telah terbuang percuma bahkan tak terlihat.

Aku bukan pelajur waktu

juga bukan segenggam emas yang separuh aku dan harapan.

Tolong doakan agar aku bisa terbang dan menggapai matahari

Terjamah oleh se titik cinta pada sebuah asa

Yang pada akhirnya terkapar di makan usia "


SALAM PONDOK DONGENG ABU MIFTAH


----------@@@@-------------


MENDONGENG JANGAN "MALAS"

Mendongeng bukan sekadar bergaya tapi dibutuhkan kreativitas yang tinggi.wajar saja jika saya mendongeng selalu bercucuran air keringat.

Kreativitas yang tinggi berguna agar pendongeng ketika menyampaikan materi (bercerita). Anak-anak tidak berlarian bahkan tidak ngomong sendiri-sendiri. Jika terjadi dapat dikatakan pendongeng tersebut telah gagal total (GaTot).

Saat ini kejadian tersebut membuat guru-guru banyak yang tidak tertarik dengan mendongeng bahkan guru-guru di TK pun jarang sekali yang mau mendongeng. Selain takut GaTot alasan lainnya bermacam-macam. Dari kekurangan bahan cerita, tidak bisa berakting, kurang Pede, tidak mau menggerakan tubuh dan masih banyak lagi. ironisnya, ada juga yang beralasan ’malas’.

Kemalasan tersebut bisa jadi karena stamina tidak mendukung (Malas bergerak).Makanya kita harus banyak berlatih. Supaya kerja otak,fisik jadi prima dan kita tidak malas.

Mari kembali mendongeng. Teori sudah diluar kepala,tinggal kita harus banyak berlatih , seperti pernafasan, vokal, dan intonasi agar mendongengnya menarik dengan berbagai variasi suara-suara dan lagu-lagu.

Ingat.!!! Jika banyak berlatih pastinya segudang kelebihan dan kelemahan yang kita dapat.


*******@@@@*****



Mutiara Hati


ANAK, AMANAH ATAU UJIAN ?



SEBUAH kenyataan yang sering kali kita jumpai ialah tidaklah dua orang yang pernah mengenal berjumpa melainkan mereka akan bertanya berapa jumlah anak mereka sekarang.


Jarang sekali kita dapati mereka mengawali pembicaraan dari tema berapa banyak kekayaan mereka, berapa pula istrinya, atau yang lainnya. Ini mengisyaratkan bahwa anak di mata para orang tua adalah ibarat satu-satunya barang yang paling berharga yang ia miliki.


Ada hal yang penting sekali untuk diketahui dan sangat perlu direnungkan oleh para orangtua, bahwa lahirnya seorang anak bukan semata-mata guna menambah jumlah anggota keluarga, juga bukan semata-mata guna menambah kebahagiaan bapak dan ibu serta membahagiakan mereka.


Juga bukan sekedar memberikan harapan buat orangtua bahwa di hari esok apabila anak telah dewasa dapat membantu orangtua untuk mencari nafkah.


Akan tetapi, hadirnya seorang anak merupakan cambuk bagi orangtua khususnya, untuk berlomba-lomba berbuat yang paling baik bagi diri sendiri dan anaknya. Tentunya "baik" di sini adalah dalam penilaian Dzat Yang menciptakan dan menghadirkan buah hati tersebut di tengah-tengah keluarga.


Dengan demikian, anak tidak semata-mata kenikmatan rezeki dari Alloh untuk dinikmati, namun ia merupakan amanah dan tanggung jawab bagi orangtuanya. Bagaimana bisa begitu?


Tidak ada yang aneh dan samar dalam masalah ini bila kita kembali mentadabburi merenungi dan memahami firman Allah:


Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. (QS at-Taghabun: 15)


Bahkan dalam ayat tersebut Allah tidak sekedar membahasakan anak sebuah amanah, namun sebagai sebuah ujian. Yaitu, ujian apakah para orangtua berbuat baik pada anak tersebut, ataukah tidak. Hal ini mungkin perlu perenungan sejenak.


Sudahkah kita sebagai orangtua menyadarinya? Ini adalah pertanyaan pertama, sebelum kita bertanya apakah ia mendidik anak-anak dengan baik atau bahkan tidak memperhatikan mereka.


#SatuHatiCintaAlquran


----------@@@@@@---------


7 RAHASIA MENDIDIK ANAK

Oleh : Ustd.Farid Ahmad


1. Jika melihat anakmu menangis, jangan buang waktu untuk mendiamkannya. Coba tunjuk burung atau awan di atas langit agar ia melihatnya, ia akan terdiam. Karena psikologis manusia saat menangis, adalah menunduk.


2. Jika ingin anak-anakmu berhenti bermain, jangan berkata: “Ayo, sudah mainnya, stop sekarang!”. Tapi katakan kepada mereka: “Mainnya 5 menit lagi yaaa”. Kemudian ingatkan kembali: “Dua menit lagi yaaa”. Kemudian barulah katakan: “Ayo, waktu main sudah habis”. Mereka akan berhenti bermain.


3. Jika engkau berada di hadapan sekumpulan anak-anak dalam sebuah tempat, yang mereka berisik dan gaduh, dan engkau ingin memperingatkan mereka, maka katakanlah: “Ayoo.. Siapa yang mau mendengar cerita saya, angkat tangannya..”. Salah seorang akan mengangkat tangan, kemudian disusul dengan anak-anak yang lain, dan semuanya akan diam.


4. Katakan kepada anak-anak menjelang tidur: “Ayo tidur sayang.. besok pagi kan kita sholat subuh”, maka perhatian mereka akan selalu ke akhirat. Jangan berkata: “Ayo tidur, besok kan sekolah”, akhirnya mereka tidak sholat subuh karena perhatiannya adalah dunia.


5. Nikmati masa kecil anak-anakmu, karena waktu akan berlalu sangat cepat. Kepolosan dan kekanak-kanakan mereka tidak akan lama, ia akan menjadi kenangan. Bermainlah bersama mereka, tertawalah bersama mereka, becandalah bersama mereka. Jadilah anak kecil saat bersama mereka, ajarkan mereka dengan cara yang menyenangkan sambil bermain.


6. Tinggalkan HP sesaat kalau bisa, dan matikan juga TV. Jika ada teman yang menelpon, katakan: “Maaf saaay, saat ini aku sedang sibuk mendampingi anak-anak”. Semua ini tidak menyebabkan jatuhnya wibawamu, atau hilangnya kepribadianmu. Orang yang bijaksana tahu bagaimana cara menyeimbangkan segala sesuatu dan menguasai pendidikan anak.


7. Selain itu, jangan lupa berdoa dan bermohon kepada Allah, agar anak-anak kita menjadi perhiasan yang menyenangkan, baik di dunia maupun di akhirat.



promo

Ka Abu Miftah bukan saja mengajarkan mendongeng, melatih anak berteater tapi juga mengajarkan anak berprestasi dalam menggambar. Kini Ka Abu dapat hadir di sekolah teman-teman. Berminat hub. 08177 25 321 atau sms 0812 13 79 1326