Jumat, 26 September 2014

Pengabdian Sunyi di dunia Disabilitas
Oleh : Abu Miftah ST

Sebut saja namanya Solehudin, yang akrab dipanggil Pak Soleh, masyarakat Depok teringat dengan kejadian kecelakaan beberapa tahun lalu. Gaya prilakunya yang santun,  aspiratif, dan inspiratif membuat tetangganya mau mengali idenya dan termanfaatkan secara optimal.

Pagi masih merangkak. Adzan Subuh masih belum terdengar, ketika seorang pria muda (35) berbaju koko keluar dengan kursi rodanya dari rumahnya. Ia berangkat menjemput panggilan Allah di daerah Beji, Depok, yang jauh dari pusat keramaian kota. Jalan yang berkelok-kelok, berlubang, berbatu dan semakin mengecil tak menyurutkan kursi roda pria tersebut untuk mengikuti bergegas sholat subuh di masjid di daerah dekat rumahnya.

Dua Jam kemudian matahari mulai memerah, Istrinya dan anak semata wayangnya Nazla Salsalbila (4 ) juga bergegas untuk bekerja dan mengantarkan anaknya ke sekolah. “Bi aku berangkat dulu ya,”ujarnya sambil mencium tangan suaminya.  Dengan senyum ia pun membalas mencium kening istrinya dan anaknya. Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah istri yang sholihah. Begitulah sabda Rasulullah SAW, yang diikuti Pak Soleh  memilih Istrinya, Zubaidah (27).

Dari Zubaidah inilah, istri yang setia mendampingi Pak Soleh selama ini. Zubaidah yang berkulit putih selalu memberikan warna tersendiri bagi kehidupan Pak Soleh. Kesholihahan dan kesabarannya telah menghasilkan satu putri yang sehat lagi baik akhlaqnya di bawah bimbingannya.Keshalehannaya bukan hanya tampak dari raut wajah, aktivitas dan tutur katanya yang lembut, namun lebih jauh dari itu, ia adalah seorang Guru TK. Dengan bekal inilah ia membina keluarga bersama Zubaidah yang mampu bercengkrama dengan anak dan suaminya dengan nuansa al-Qur’an.

Dukungan al-Qur’an pula yang membuatnya termotivasi mendukung sang suami untuk terus maju walau harus dengan kursi roda. Dengan tekun dan ikhlas, Zubaidah juga harus membina beberapa majelis ta’lim. Dulu sang suami yang menghantarkan dan menemani namun sejak kecelakaan itu, ia harus sendiri berjalan dari lorong satu dengan lorong lainnya.

Kini, sang suami harus berjalan dengan kursi roda, yang sebenarnya ditakuti olehnya. Namun, dengan semangat al-Qur’an yang dihafalnya itu, wanita sholihah ini membisikkan ke telinga sang suami tercinta, ”Majulah Abiku, kami semua ada di belakangmu…,”ujarnya. Istri dan anaknyapun meninggalkan rumah petaknya.

Berangkat dari peduli pada anak-anak

Malamnya sehabis shalat magrib, sang istri yang mengajar di TK, Depok, selalu berdoa dan agar suaminya selalu menjadi kendaraan dan tumpuan keluarga untuk mencari nafkah meski harus mengunakan kursi roda. “Ya, Allah mudah urusan keluargaku dan mudahkan rezeki yang kau berikan. Hambamu masih berharap suami tercinta selalu semangat dalam mencari nafkah,”tangisnya usai berdoa.

Walau tonggak  perjuangan bertumpu pada penghasilan istri namun ada sinyal sebagian warga Depok agar kesediaan Pak Soleh, sang penyayang anak mau melayani warga Depok untuk membuka dunia pendidikan. Alhamdulillah, gayung bersambut, dalam waktu singkat dengan memohon Petunjuk Sang Khalik, rumah petaknya dengan Luas 60 M2,  disulap menjadi Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) dan Taman Pendidikan al-Quran. “Sekolah ini akan menumbuhkan banyak simpati berbagai kalangan dalam kualitas pendidikan di Beji, Depok,” pikir bapak yang berpostur tubuh sedang ini.

Mulailah Pak Soleh bersama istrinya secara pelan-pelan meniti kehidupan baru. Berkat ketekunan Pak Soleh, masyarakat tersadarkan dengan sentuhan pendidik agama pada anak-anaknya disekolahnya. Akhirnya, timbul suatu kesadaran di kalangan masyarakat bahwa Pak Soleh sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar untuk bisa merubah cara hidupnya, terutama dari kehidupan sosial ekonomi.

Hal lain pada sekolah Pak Soleh, adalah pendalaman ilmu agama melalui sistem pendidikan non formal, TPA pada sore hari. Pola pendidikan dan pembinaan semacam itu dilakukan, baik kepada muridnya  maupun kepada masyarakat sekitar Beji. Sementara itu pemberian makna dalam pengajian menggunakan Dongeng, sehingga murid lebih mudah memahami.

Secara tidak langsung, sekolah yang diasuh Pak Soleh ini nampaknya mendapat pengakuan yang cukup luas di kalangan masyarakat. Walau perlahan namun terbukti semakin banyaknya jumlah murid yang berdatangan. Kini Pak soleh, hari-harinya diisi dengan mengajar di tengah himpitnya ekonomi keluarga. Setiap harinya ia sudah ditunggu para anak-anak yang kemudian membawanya bertualang untuk mendengarkan cerita “Dongeng” dengan boneka lucunya. Dengan senyum, Ia menyebut kegiatan yang dijalani ini sebagai proses ”Belajar untuk Memahami”. Memahami diartikan yaitu: melihat kondisi dirinya, permasalahan dan kebutuhan masyarakat serta profesionalisme pendidikan yang terjadi di Depok.

Sebenarnya, Pak Soleh termasuk pendatang baru dalam dunia anak-anak. Namun semangatnya cukup memberikan warna dalam dunia pendidikan di Depok. Apapun warnanya, kini ia harus merubah image penyandang cacat yang malas agar dapat hidup sekian lama. Di Depok, cerita Pak Soleh selalu memberikan kesejukan dan harapan bukan hanya di keluarga tapi di tengah-tengah carut marut pendidikan akhlak yang semakin buram.

Oya, bicara memahami profesionalisme dalam bekerja, sebenarnya Pak Soleh sempat bekerja. Namun ia dengan sukarela mengundurkan diri dari Perusahaan animasi  anak dibilangan Jakarta Selatan. Pihak menajemen mengakui semangat kerja Pak Soleh. Dengan menempatkan sebagai marketing, omset perusahaan melahirkan target-target penjualan yang cemerlang. Pak Soleh, banyak diakui bos-bos sebagai karyawan yang terbilang cerdas, semangatnya dalam bekerja.

Cerita Pak Soleh Tentang Musibah itu

Siang itu tepatnya tanggal 23 Februari 2011, pukul 09.00 wib. dalam kondisi cuaca berawan, di sebuah jalan trotoar di kawasan perumahan Pondok Indah. Pak Soleh, mengalami musibah kecelakaan sepeda motor yang dikendarainya.  Kejadian bermula disaat bapak yang sehari-hari bekerja hampir 2 tahun sebagai marketing disebuah perusahaan Animasi dibilangan Jakarta Selatan ini beranjak dari kursi kantor untuk pergi berkunjung mendatangi Cleannnya.

Tepatnya pukul 10.00 wib. Dengan kendaraan sepeda motor Honda keluaran Jepang tahun 2000 an, seperti biasa ia selalu melalui jalan pintas (jalan tembus) perumahan Pondok Indah, Jakarta Selatan, yang 100 m2 tidak jauh dari tempat kerjanya (daerah Ciputat Raya, Pondok Pinang). “Memang jalan ini menjadi jalan tembus favorit semua orang untuk akses ke dari berbagai arah , Blok M-Fatmawati dll,”kenang Pak Soleh.

Musibah itu terjadi. Belum sempat keluar dari perumahan tersebut tepatnya disebuah taman perumahan,tiba-tiba ia dikejutkan berhentinya secara mendadak sebuah mobil minicup (buk terbuka) dari arah putaran taman. Ia pun sempat menghindar dan berhenti. Namun ketika minicup mulai menyalakan stop kontaknya,  Bummm…, mobil yang biasa mengangkut sampah tersebut, dalam hitungan detik menabrak motor Pak Soleh. Motor terpental dan ia terperosok bahkan terseret masuk dibawah badan mobil. Dalam posisi setengah sadar, Ia langsung terbaring lemah. Wajah, tubuh, kakinya berlumuran darah. Ia tak berdaya, hanya sesekali ucapan keluar dari mulutnya dan sopir yang ternyata Satpam dikawasan tersebut, langsung membawa Pak Soleh ke Unit Gawat Darurat (UGD) Rs. Fatmawati.

Sesampai disana. Kedua kakinya tak mampu digerakkkan. Istri, kedua orang tua hanya bisa berdoa dan pasrah.  “Mi, apapun yang terjadi pada diri Abi. Umi tetap sayangkan pada Abi,”keluhnya terbata-bata menahan sakit. Zubaidah, istrinya hanya bisa menangis,”Umi,  Nazla, sayang Abi. Allah juga sayang Abi kok. Sudahlah Abi jangan banyak bergerak,”pilunya membisik ke telinga suaminya. 

Saat itu, kata petugas administrasi untuk membiayai operasi pertama dan pengobatan sebesar  + 37 juta, kedua orang tuanya gigit jari, karena mereka hanya mengandalkan honor seorang guru ngaji sedangkan Istri Pak soleh hanya seorang guru TK, yang penghasilannya pas-pasan. Pak Soleh sendiri penghasilan tidak lebih dari 2 juta rupiah/bulan. Karena ketidakmampuan biaya, Pak Soleh sempat meninggalkan RS. Fatmawati dan langsung dibawa ke Pengobatan alternative, Cimande, Bogor. Hanya sempat dua hari,  nafasnya sesak dan ia pun kembali harus dibawa ke Rs.Fatmwati.

Ironis dokter mengatakan, kondisi pipi kanan Pak Soleh harus dijahit, dokter juga  mengatakan terjadi keretakan dan bergeser pada tulang  belakang, serta tulang leher. “Pak Soleh segera dioperasi , untuk dipasang Ven (penyangga),”Saran pria yang dijuluki Dokter spesialis tulang. Keluargapun kembali menarik nafas, pastinya ia tidak mungkin mengandalkan upaya dari dana perusahaan tempat Pak Soleh bekerja. Istrinyapun lekas bertanya, “Berapa biaya operasinya dok,”ucapnya terbata. Dengan ramah dokter menjawab,” 40 juta bu..memang mahal tapi ini yang terbaik,”jawabnya  Dokter yang  berusia setengah abad ini. Keluarga Pak Soleh hanya bisa pasrah. Dalam benaknya mereka mengatakan ,”Belum bisa memastikan dana awal yang 37 juta kini harus menanggung yang 40 juta ”.

Melihat biaya yang besar, semua berpikir keras. Segala upaya dilakukan dari memohon dibeberapa LSM serta donatur perorangan. “Alhamdulillah sebagian dana sudah dikeluarkan pada perusahaan”, cerita Pak Soleh. Sedihnya, aku Pak soleh, “Satpam yang menabrak hanya mampu membantu I,5 juta rupiah,”kenangnya. Tekad terus dijalankan untuk kesembuhanku, “Alhamdulilah untuk operasi fihak Rs.memperbolehkan pembayaran usai operasi,”papar Pak Soleh.

Semua bernafas lega. Beberapa hari kemudian operasipun dilakukan. Pak Soleh terus berzikir. Memohon perlindungan agar penyakitnya diangkat dan disembuhkan. Allah mengetahui keprihatinan umatnya.  

Memasuki Hidup Baru

Kini Pak Soleh sudah memasuki hidup baru. Hati kecilnya masih berharap kesembuhan. Impiannya menjadi pendongeng (bercerita pada anak) masih melekat ketika ia mulai berbicara dan menyapa kepada teman-temannya ketika sakit. Sepulangnya dari Rs. dalam tugasnya sebagai pendongeng, terlihat beberapa SMS yang masuk untuk panggilan mendongeng, maka tergeraklah hati beliau untuk memikirkan masa depan anak bangsa.

Sekali lagi ayah satu anak ini memulai impiannya atas dukungan teman-teman dakwahnya dan keluarga besarnya. Hasilnya, dalam waktu kurang dari setahun, Sekolah yang dibinannya meraih simpati warga Beji, Depok. Satu hal yang semua orang tahu, Pak Soleh amat peduli, buktinya terbentuknya Sekolah ini, tidak memaksakan setiap warga untuk membayar bayaran sekolah. Maka, ia berencana membangun komunikasi dengan para pendongeng lain untuk mempelopori terjalinnya Forum Silaturahim Para Pendongeng Disabilitas (penyandang cacat). Perjuangannya yang gigih untuk  mengantarkannya kelak menjadi orang berguna untuk anak Indonesia dan negara. Bukan hanya itu, secara fenomenal ia menempatkan dirinya sebagai Pendongeng islami yang cerdas (penyadang cacat).

Pada sisi lainnya, upaya yang dilakukukan Pak soleh bersama istrinya, cukup memberikan hasil yang memuaskan. Terbukti dengan pupusnya kepercayaan kebanyakan orang mengatakan orang cacat tak bisa berbuat banyak ternyata salah besar. Seiring itu pula, tumbuhlah semangat  kedua pasangan ini yang menyala-nyala dalam mempertahankan kehidupan menuju keluarga sakinah (keluarga bahagia dunia-akhirat).

Motto hidup Pak Soleh adalah melayani umat untuk penyiaran dakwah Islam dan meninggikan agama Allah. Menjadi setiap orang bungkam melihat kemajuan sang disabilitas ini. Meskipun dipaksa harus mencari dana-dana sana sini untuk kemajuan sekolah yang didirikannya. Pak Soleh sangat kuat memegang semboyan, “Bekerja atau tidak sama sekali”. Dulu tidak satu pun warga dan teman-teman seperjuangannya percaya. Kini semua orang mengakui, jika Allah Berkehendak semua akan bisa. “Yang penting kita ikhtiar setelah itu tawakal,”pungkasnya.

Tampaknya cerita perjuangan Pak Soleh masih berlanjut, yaitu mentransformasikan memberikan nilai semangat dalam menggapai asa walau harus mengunakan kursi roda.


*diilhami kisah nyata seorang disabilitas (penyandang cacat) @2013

CITA CINTA AKU DAN ANAK-ANAK ASUH

"

Demi cintaku pada surga.

Ku titipkan sejuta asa dan kerinduan pada keluguanku.

Merah darah ini telah terbuang percuma bahkan tak terlihat.

Aku bukan pelajur waktu

juga bukan segenggam emas yang separuh aku dan harapan.

Tolong doakan agar aku bisa terbang dan menggapai matahari

Terjamah oleh se titik cinta pada sebuah asa

Yang pada akhirnya terkapar di makan usia "


SALAM PONDOK DONGENG ABU MIFTAH


----------@@@@-------------


MENDONGENG JANGAN "MALAS"

Mendongeng bukan sekadar bergaya tapi dibutuhkan kreativitas yang tinggi.wajar saja jika saya mendongeng selalu bercucuran air keringat.

Kreativitas yang tinggi berguna agar pendongeng ketika menyampaikan materi (bercerita). Anak-anak tidak berlarian bahkan tidak ngomong sendiri-sendiri. Jika terjadi dapat dikatakan pendongeng tersebut telah gagal total (GaTot).

Saat ini kejadian tersebut membuat guru-guru banyak yang tidak tertarik dengan mendongeng bahkan guru-guru di TK pun jarang sekali yang mau mendongeng. Selain takut GaTot alasan lainnya bermacam-macam. Dari kekurangan bahan cerita, tidak bisa berakting, kurang Pede, tidak mau menggerakan tubuh dan masih banyak lagi. ironisnya, ada juga yang beralasan ’malas’.

Kemalasan tersebut bisa jadi karena stamina tidak mendukung (Malas bergerak).Makanya kita harus banyak berlatih. Supaya kerja otak,fisik jadi prima dan kita tidak malas.

Mari kembali mendongeng. Teori sudah diluar kepala,tinggal kita harus banyak berlatih , seperti pernafasan, vokal, dan intonasi agar mendongengnya menarik dengan berbagai variasi suara-suara dan lagu-lagu.

Ingat.!!! Jika banyak berlatih pastinya segudang kelebihan dan kelemahan yang kita dapat.


*******@@@@*****



Mutiara Hati


ANAK, AMANAH ATAU UJIAN ?



SEBUAH kenyataan yang sering kali kita jumpai ialah tidaklah dua orang yang pernah mengenal berjumpa melainkan mereka akan bertanya berapa jumlah anak mereka sekarang.


Jarang sekali kita dapati mereka mengawali pembicaraan dari tema berapa banyak kekayaan mereka, berapa pula istrinya, atau yang lainnya. Ini mengisyaratkan bahwa anak di mata para orang tua adalah ibarat satu-satunya barang yang paling berharga yang ia miliki.


Ada hal yang penting sekali untuk diketahui dan sangat perlu direnungkan oleh para orangtua, bahwa lahirnya seorang anak bukan semata-mata guna menambah jumlah anggota keluarga, juga bukan semata-mata guna menambah kebahagiaan bapak dan ibu serta membahagiakan mereka.


Juga bukan sekedar memberikan harapan buat orangtua bahwa di hari esok apabila anak telah dewasa dapat membantu orangtua untuk mencari nafkah.


Akan tetapi, hadirnya seorang anak merupakan cambuk bagi orangtua khususnya, untuk berlomba-lomba berbuat yang paling baik bagi diri sendiri dan anaknya. Tentunya "baik" di sini adalah dalam penilaian Dzat Yang menciptakan dan menghadirkan buah hati tersebut di tengah-tengah keluarga.


Dengan demikian, anak tidak semata-mata kenikmatan rezeki dari Alloh untuk dinikmati, namun ia merupakan amanah dan tanggung jawab bagi orangtuanya. Bagaimana bisa begitu?


Tidak ada yang aneh dan samar dalam masalah ini bila kita kembali mentadabburi merenungi dan memahami firman Allah:


Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. (QS at-Taghabun: 15)


Bahkan dalam ayat tersebut Allah tidak sekedar membahasakan anak sebuah amanah, namun sebagai sebuah ujian. Yaitu, ujian apakah para orangtua berbuat baik pada anak tersebut, ataukah tidak. Hal ini mungkin perlu perenungan sejenak.


Sudahkah kita sebagai orangtua menyadarinya? Ini adalah pertanyaan pertama, sebelum kita bertanya apakah ia mendidik anak-anak dengan baik atau bahkan tidak memperhatikan mereka.


#SatuHatiCintaAlquran


----------@@@@@@---------


7 RAHASIA MENDIDIK ANAK

Oleh : Ustd.Farid Ahmad


1. Jika melihat anakmu menangis, jangan buang waktu untuk mendiamkannya. Coba tunjuk burung atau awan di atas langit agar ia melihatnya, ia akan terdiam. Karena psikologis manusia saat menangis, adalah menunduk.


2. Jika ingin anak-anakmu berhenti bermain, jangan berkata: “Ayo, sudah mainnya, stop sekarang!”. Tapi katakan kepada mereka: “Mainnya 5 menit lagi yaaa”. Kemudian ingatkan kembali: “Dua menit lagi yaaa”. Kemudian barulah katakan: “Ayo, waktu main sudah habis”. Mereka akan berhenti bermain.


3. Jika engkau berada di hadapan sekumpulan anak-anak dalam sebuah tempat, yang mereka berisik dan gaduh, dan engkau ingin memperingatkan mereka, maka katakanlah: “Ayoo.. Siapa yang mau mendengar cerita saya, angkat tangannya..”. Salah seorang akan mengangkat tangan, kemudian disusul dengan anak-anak yang lain, dan semuanya akan diam.


4. Katakan kepada anak-anak menjelang tidur: “Ayo tidur sayang.. besok pagi kan kita sholat subuh”, maka perhatian mereka akan selalu ke akhirat. Jangan berkata: “Ayo tidur, besok kan sekolah”, akhirnya mereka tidak sholat subuh karena perhatiannya adalah dunia.


5. Nikmati masa kecil anak-anakmu, karena waktu akan berlalu sangat cepat. Kepolosan dan kekanak-kanakan mereka tidak akan lama, ia akan menjadi kenangan. Bermainlah bersama mereka, tertawalah bersama mereka, becandalah bersama mereka. Jadilah anak kecil saat bersama mereka, ajarkan mereka dengan cara yang menyenangkan sambil bermain.


6. Tinggalkan HP sesaat kalau bisa, dan matikan juga TV. Jika ada teman yang menelpon, katakan: “Maaf saaay, saat ini aku sedang sibuk mendampingi anak-anak”. Semua ini tidak menyebabkan jatuhnya wibawamu, atau hilangnya kepribadianmu. Orang yang bijaksana tahu bagaimana cara menyeimbangkan segala sesuatu dan menguasai pendidikan anak.


7. Selain itu, jangan lupa berdoa dan bermohon kepada Allah, agar anak-anak kita menjadi perhiasan yang menyenangkan, baik di dunia maupun di akhirat.



promo

Ka Abu Miftah bukan saja mengajarkan mendongeng, melatih anak berteater tapi juga mengajarkan anak berprestasi dalam menggambar. Kini Ka Abu dapat hadir di sekolah teman-teman. Berminat hub. 08177 25 321 atau sms 0812 13 79 1326